2.28.2009

Fenomena Ponari, Potret Kemiskinan Rakyat


Rakyat indonesia saat ini memang sedang sakit, sakit mental, sakit pikiran, sakit akidah, sakit moral dan sakit beneran. Memang tidak semuanya sih, hanya sebagian besar saja dari jutaan rakyat di negeri ini. Tapi itu sudah cukup untuk mewakili statement bahwa rakyat benar-benar sedang sakit. Bagaimana tidak?, coba kita lihat fenomena ponari yang baru-baru ini begitu menggemparkan, hanya dengan sebuah batu yang konon pernah disambar petir dan dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, ribuan orang berbondong-bondong datang ke rumah ponari untuk berobat dan berharap akan kesembuhan penyakitnya. Hal yang sunnguh jauh berada diluar nalar dan akal sehat manusia.

Fenomena dukun cilik ponari merupakan potret betapa buruknya perekonomian bangsa ini, sebuah potret yang menggambarkan kemiskinan rakyat indonesia. Kemiskinan yang akhirnya bisa membawa masyarakat berbuat dan bertindak dalam hal-hal yang berada diluar batas nalar. Apa yang dilakukan oleh ponari dengan batu ajaibnya oleh masyarakat dianggap sebagai solusi terbaik untuk mengatasi masalah penyakit yang dialami, karena rumah sakit yang ada tidak bisa memberi pelayanan yang baik terhadap masyarakat.

Biaya berobat yang mahal, memang menjadi momok bagi masyarakat kita, tidak ada uang berarti tidak ada pengobatan, hal yang akhirnya membuat masyarakat berpaling pada sesuatu yang mustahil. Dengan cuma mengeluarkan uang Rp.5000 meski harus antre berhari-hari, mereka berharap kejaiban akan datang dan nasib baik berpihak pada mereka. keberuntungan yang mungkin bisa membuat penyakitnya sembuh.

Masyarakat indonesia terutama yang ada di Jawa memang masih begitu kental dengan aroma mistik, apalagi yang tinggal di daerah pedalaman. Sehingga banyak yang menganggap hal itu wajar dan biasa-biasa saja, meski mereka juga sadar bahwa saat ini mereka telah berada di abad 21 yang berarti abad denga berbagai macam tekhnologi modern.Tapi itulah kenyatan yang terjadi, irrasional mengalahkan rasional.
Menurut saya fenomena dukun cilik pionari merupakan pelarian dari masyarakat yang sejak lama tidak kunjung mendapatkan pelayanan yang baik untuk mendapatkan pengobatan. Inilah yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah agar masyarakat bisa mrndapatkan haknya sebagai warga negara.

[+/-] Selengkapnya...

2.25.2009

Trotoar Penyambung Hidup



Trotoar maerupakan bagian sisi jalan yang lebih tinggi, dimana diperuntukkan bagi para pejalan kaki. Keberadaan trotoar dikota-kota besar sangat penting untuk kenyuamanan para pejalan kaki, tetapi sayang, fungsi trotoar kini semakin tidak jelas, banyak yang menyalahgunakan fungsi trotoar demi kepentingan sebagian orang. Dikota-kota besar di Indonesia keberadaan trotoar selalu menjadi masalah utama, bagaimana tidak ?, sering kita lihat di telivisi atau membaca berita dikoran-koran, sejumlah petugas satpol pp bersitegang dengan pedagang kaki lima, beradu mulut, atau bahkan sampai terjadi bentrok fisik antara kedua belah pihak. Hal itu dikarenakan para petugas membongkar paksa lapak-lapak milik PKL yang berada disepanjang trotoar. Tindakam yang dilakukan oleh petugas tersebut memang benar, sebab trotoar bukan berfungsi sebagai tempat berjualan, keberadaan para pedagang kaki lima itu pun otomatis mengganggu pejalan kaki dan juga merusak keindahan tata kota.

Tetapi bagi para pedagang, trotoar adalah tempat menyambung hidup dari hari ke hari, trotoar adalah tempat untuk mencari nafkah buat keluarga mereka. Nah jika kita memandang dari satu sisi saja maka pasti kedua belah pihak masing-masing merasa benar sendiri. Satpol pp benar karena trotoar itu memang untuk pejalan kaki, para PKL juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan, ingat hak asasi manusia yang paling asasi adalah hak untuk hidup, para pedagang kaki lima itu bekerja untuk kelangsungan hidup mereka.

Trotoar memang menjadi sesuatu yang menarik untuk diperbincangkan terkait kebiasaan dari sebagian masyarakat kita yang menggunakan trotoar sebagai wujud aktifitas kerja mereka. Kebiasaan yang mungkin sangat susah untuk dihilangkan karena trotoar bagi sebagian orang adalah penyambung hidup mereka. Bagi Negara berkembang seperti Indonesia mungkin hal itu wajar-wajar saja, sebab kemiskinan, pengangguran, dan kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan masyarakat ingin menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, ya salah satu contohnya dengan menjadi pedagang kaki lima.


Merubah kebiasaan itu sangat susah dilakukan, apalagi bila kebiasaan itu sudah mengakar begitu kuat. Penggusuran ataupun pembongkaran paksa lapak-lapak PKL bukan lah solusi yang baik dan tepat. Coba kita lihat dan cermati, meski lapak-lapak itu dibongkar, esoknya pasti muncul lagi, begitu seterusnya dan seterusnya, seolah-olah masalah ini tidak ada habis-habisnya. Mungkin masalah ini akan teratasi jika Negara kita sudah maju, perekonomian maju, dan pola pikir masyarakat yang maju pula yang artinya Negara kita memiliki masyarakat yang terdidik.


Fenomena trotoar di Indonesia seharusnya bukan hanya menjadi wacana, tetapi setidaknya ada langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi dengan tidak merugikan berbagai pihak tentunya. So, bagaimana menurut anda ?, sebagai pejalan kaki apakah anda merasa terampas haknya karena keberadaan PKL di trotoar ?, atau anda bersikap biasa-biasa saja dan menilai hal itu sebagai sesuatu yang wajar, sebab munculnya para pedagang kaki lima yang mangkal di trotoar merupakan konsekwensi logis dari lahirnya sebuah kota, dimana sebagian besar masyarakat kita beranggapan bahwa kota adalah tempat terbaik untuk mencari nafkah dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik.


[+/-] Selengkapnya...

2.02.2009

Mengenal Dunia Maritim Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan, antara pulau yang satu dengan pulau yang lainnya dipisahkan oleh laut, tapi dalam hal ini laut bukan menjadi penghalang bagi tiap suku bangsa di Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sejak zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar pulau telah berkembang dengan menggunakan berbagai macam tipe perahu tradisional, nenek moyang kita menjadi pelaut-pelaut handal yang menjelajahi untuk mengadakan kontak dan interaksi dengan pihak luar. Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi, pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia (Nusantara) pada zaman bahari telah sampai ke Mandagaskar. Bukti dari berita itu sendiri adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu tipe jukung yang sama yang digunakan oleh orang-orang Kalimantan untuk berlayar “Fantastis”. Apa yang terjadi dalam dunia maritim Indonesia pada zaman bahari telah menjadi Trade Mark bahwa Indonesia merupakan negara maritim. Tetapi apakah benar sekarang ini Indonesia merupakan negara maritim? Negara yang mempunyai banyak pulau, luasnya laut, belum menjadi modal utama bahwa negara tersebut adalah negara maritim. Namun, seberapa besar penduduk suatu negara itu berorientasi ke laut, itulah yang menjadi acuan bahwa negara itu adalah negara maritim. Bagaimana dengan Indonesia? Mengutip pernyataan salah seorang sejarawan kal-sel yaitu bapak Bambang subiyakto dalam tulisannya yang berjudul”Pelayaran, pelabuhan dan perdagangan Banjarmasin 1857-1957” bahwa Indonesia adalah “Negara kepulauan”, Indonesia adalah “Nusantara”, Indonesia adalah “Negara Maritim” dan Indonesia adalah “Bangsa Bahari”,”Berjiwa Bahari” serta “Nenek Moyangku Orang Pelaut” hanya merupakan slogan kata, sloganistis. Suatu hal yang hanya diucapkan belaka oleh manusia Indonesia sejak “Balita” sampai “Manula”. Sebuah pernyataan yang relevan dan sesuai untuk menggambarkan citra dunia maritim Indonesia saat ini.
Indoneisa menyandang predikat “Negara Maritim” dan juga “Negara Agraris”. Predikat itu telah ada sejak zaman kerajaan, dimana kerajaan-kerajaan tersebut masing-masing berorientasi ke laut dan juga berorientasi ke pedalaman, dalam hal ini pertanian. Kita bisa bangga, bagaimana kerajan Sriwijaya dan kerajan majapahit menjadi kekuatan yang begitu besar dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat di Asia Tenggara, itu semua dikarenakan mereka membangun kekuatan dengan mengembangkan kemaritiman untuk kejayaan negara, meski setelah Sriwijaya dan Majapahit runtuh dikarenakan pergolakan politik dalam negeri dan juga mulai meluasnya pengaruh Islam pada zaman Majapahit. Namun, potensi kemaritiman terus berkembang. Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai seperti Demak, Banten, Aceh, dan lain-lain. Menjadi bukti bahwa kerajaan-kerajaan tersebut terus mengembangkan potensi laut untuk kejayaan negaranya masing-masing.

Laut dijadikan ladang mata pencaharian, laut juga dijadikan sebagai tempat menggalang kekuatan, mempunyai armada laut yang kuat berarti bisa mempertahankan kerajaan dari serangan luar. Memang, laut dalam hal ini menjadi suatu yang sangat penting sejak zaman dahulu sampai zaman sekarang. Mengoptimalkan potensi laut menjadi harga mati yang harus segera di realisasikan oleh pemerintah Indonesia.
Berkaca dari masa lalu, melihat bagaimana kejayaan masa lampau diperoleh karena mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan politik suatu negara, maka menjadi suatu hal yang wajar bila sekarang ini Indonesia harus lebih mengembangkan laut demi tercapianya tujuan nasional. Indonesia menyandang predikat “Negara Maritim” atau negara kepulauan, predikat ini mustahil ditinggalkan, lain halnya dengan predikat “Negara Agraris” yang suatu saat bisa berganti dengan industri. Konsekwensi sifat maritim itu sendiri lebih mengarah pada terwujudnya aktifitas pelayaran di wilayah Indonesia. Dalam kalimat ini bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dalam membangun perekonomian akan senantiasa dilandasi oleh aktivitas pelayaran. Pentingnya pelayaran bagi Indonesia tentunya disebabkan oleh keadaan geografisnya, posisi Indonesia yang strategis berada dalam jalur persilangan dunia, membuat Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan laut. Laut akan memberikan manfaat yang sangat vital bagi pertumbuham dan perkembangan perekonomian Indonesia atau perdaganagan pada khususnya.

Dunia maritim Indonesia telah mengalami kemunduran yang cukup signifikan, kalau pada zaman dahulu mencapai kejayan baik dalam bidang politik maupun ekonomi, sekarang ini tidak tampak sedikit pun kemajuan yang dapat dilihat. Ironis memang, Indonesia yang mempunyai potensi laut sangat besar di dunia kurang begitu memperhatikan sektor ini. Padahal, laut menjadi salah satu faktor dalam mempertahankan eksestensi wilayah suatu negara “Bahkan barang siapa yang menguasai laut, ia akan menguasai dunia”, demikian dalil yang dikemukakan oleh Mahan, wajar saja kalau Mahan mengeluarkan pernyataan tersebut, dalam karyanya yang berjudul “The Influence of Sea Power Upon History” (1660-1783), yang terbit untuk pertama kalinya pada tahun 1890 dan telah mengalami cetakan ulang beberapa kali, Alfred Thayer Mahan menggambarkan proses pertumbuhan Inggris yang pada abad ke-19 telah menjadi adidaya laut yang menguasai dunia pada waktu itu. Angkatan lautnya disegani dunia, sedangkan armada niaganya menjelajahi seluruh samudera, bangsa yang menguasai daratan betapa pun besar dan kuatnya angkatan daratnya, tidak akan mampu menguasai dunia. Di daratan banyak rintangan berupa gunung, jurang dan sebagainya, sedangkan laut merupakan lapangan yang luas, bebas dan terbuka. Buku Mahan in ternyata berpengaruh sekali terhadap kekuatan-kekuatan dunia pada waktu itu, Inggris semakin meningkatkan kemampuan maritim. Pada akhir abad XIX, Amerika serikat di bawah Theodore Rosevolt, Jerman di bawah kaisar Wilhem II dan Jepang dibawah pemerintahan Meiji mulai membangun kekuatan laut yang besar.
Studi Mahan telah membuktikan bahwa bukan jumlah penduduk semata-mata yang membuat suatu bangsa berjaya, melainkan jumlah pendududk yang berorientasikan ke laut dan yang ditopang oleh pemerintah yang memperhatikan dunia Baharinya.

Harus di akui bahwa orientasi ke dunia bahari sudah dimulai sejak kita menerima wawasan Nusantara sebagai dasar pemikiran negara, namun dikalangan banyak pengambil keputusan, wawasan ini masih berupa slogan. Wawasan nusantara setiap jengkal wilayah sama penting, akan tetapi masih banyak pulau belum disentuh, malahan belum ada namanya. Hanya jika sebuah pulau disengketakan oleh negara lain, baru ada upaya untuk memperhatikannya. Sepeti kasus pulau Sipadan dan Ligitan juga kepulauan Ambalat yang berbuntut pada sengketa panas antara Indonesia dengan Malaysia. Agar peristiwa tersebut tidak terulang kembali, hendaknya pemerintah Indonesisa mengambil langkah-langkah untuk segera mengamankan pualu-pulau terluar di Indonesia agar tidak di caplok oleh negara tetangga. Mungkin negara-negara tetangga seperti Malaysia menganggap remeh kekuatan laut kita hingga ia begitu berani keluar masuk perairan Indonesia. Untuk itu sudah saatnya lah kita bangkit, mari bersama-sama membangun kembali dunia maritim Indonesia,menhargai laut dan menjaga eksistensi. Sekarang laut bukan hanya sebagai sumber protein dan tempat pelaut mengadakan hubungan antar pulau. Pertambangan laut dan pemanfaatanya sebagai sumber energi makin banyak dikembangkan, begitu pula usaha wisata bahari. Dengan kata lain, kompleksitas dunia bahari makin berekembang sehingga perlu antisipasi untuk merencanakan masa depan bangsa negara.

[+/-] Selengkapnya...

My Future ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO