6.05.2008

Membangun Citra Islam

Dewasa ini, citra-citra negatif tentang Islam semakin mencuat, meski tidak dapat diterima oleh umat Islam, tetapi diakui atau tidak, citra-citra negatif tersebut memiliki realitas sosio-historis yang cukup nyata dalam penampakkan sejarah Islam secara kasar. Berbagai kekerasan yang kerap kali muncul dalam sejarah penyebaran Islam, ataupun buruknya hasil persentuhan Islam dengan dengan sains kontemporer beberapa dasawarsa terakhir, merupakan pendorong yang cukup andil bagi munculnya berbagai penataran negatif Islam.
Bayang-bayang kekerasan yang dinisbatkan kepada Islam dewasa ini semakin mendapat landasan empiris ketika berbagai tindakan berdarah yang dilakukan oleh segelintir umat Islam fundamentalis cukup menjadi alasan untuk mencitrakan Islam sebagai agama teroris, anarkis, dan fundamentalis, lebih-lebih ketika terjadi tragedi pemboman gedung WTC di Amerika beberapa tahun yang lalu. Parahnya lagi, citra-citra negatif Islam tersebut senantiasa mendapat dukungan dari para ilmuan dan cendikiawan barat yang juga disambut hangat oleh media cetak dan pers. Berbagai pelecehan yang memojokkan Islam semakin menjadi-jadi di dunia barat seperti gambar karikatur Nabi Muhammad yang dimuat di media cetak Denmark hingga menimbulkan protes besar-besaran dari kalangan umat Islam.
Tak dapat dipungkiri, klise antara Barat dengan Islam yang telah terjadi sejak beratus-ratus tahun yang lalu menjadikan permusuhan abadi bagi kedua belah pihak. Meski perang salib telah usai dan Eropa mulai menempati babak baru dalam kehidupannya dengan menguasai ilmu pengetahuan, meninggalkan abad pertengahan yang penuh kegelapan dan memasuki Era pencerahan (Renaissance), dunia Barat terus menerus berusaha untuk menekan Islam secara luas. Benturan kedua peradaban dengan dengan menjadikan agama sebagai pemicu permasalahan konflik sebenarnya bukan menjadi alasan yang logis. Sejak dahulu sampai sekarang menjadi yang memicu dan menghasilkan konflik berkepanjangan adalah politik, ekonomi dan sosial. Ironis memang, ketika agama dibawa-bawa dalam pemusuhan politik yang mendasar, berakhir dengan menghasilkan citra negatif terhadap lawan masing-masing.
Membangun kembali citra Islam bukan menjadi hal yang mudah karena secara praktis usaha merekonstruksi akan sangat menyita waktu dan pikiran pada penggalian panjang terhadap landasan epistemis keilmuan Islam. Terutama untuk mengikis normavitas Islam dari Historistasnya.
Gambaran suram Islam yang selalu didengungkan oleh dunia Barat dengan mengikat label “Islam Fobia” (Ketakutan terhadap Islam) semakin menyudutkan umat Islam. Citra Islam juga tidak didominasi oleh pola hubungan konflik, citra Islam muncul dalam beberapa pola hubungan Islam dan sains.
Citra Islam sebagai ajaran yang tidak logis secara ilmiah mendapat basis yang cukup kuat ketika normavitas agama dihadapkan pada berbagai teori dan temuan sains kontemporer; hingga mengentalkan pencitraan agama sebagai lawan saintisme dan lawan keilmiahan. Citra negatif tersebut semakin menguat ketika secara internal, pemikiran Islam dengan berbagai ilmu-ilmu agama yang dihasilkan tidak lagi memadai sebagai pendekatan pemahaman keagamaan yan responsif terhadap zaman, karena ketidak mampuannya lepas dari logosentrisme abad tengah yang terkristal dalam bentuk kejumudan ataupun taqhid. Oleh karena itu, perlu rekonstruksi pemikiran Islam yang sekaligus diarahkan sebagai jalan untuk membangun kembali citra Islam. Dalam kata lain, citra Islam sebenarnya hanya dapat dihapus dengan perubahan tradisi umat Islam. Secara nyata dari tradisi Islam yang terkungkung pada logosentrisme dan tradisi abad tengah yang menganggap keilmuan Islam sebagai sakral, kepada tradisi Islam yang terbuka dan mau mengkritik diri untuk mengadakan rekonstruksi terhadap bangunan pemikiran/ ilmu agama. Dan yang pasti hanya dengan tindakan nyatalah citra Islam dapat dihapus, sedangkan usaha-usaha merekonstruksi terhadap bangunan pendekatan studi Islam hanya diarahkan untuk memberikan jalan bagi pencaman makna dan wajah dimensional Islam yang hakiki.
Islam adalah agama yang cinta damai, Islam adalah agama mawaddah wa rahmah, rahmatan li al-alamin, serta hudan li al-nas, mendasari bangunan citra Islam dengan mengembalikannya kepada ajaran murni Islam yang termuat dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi menjadi hal yang mutlak yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam diseluruh dunia.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

My Future ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO